ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus
hasselti)
DAN IKAN LELE (Clarias
gariepinus)
Oleh :
Nama : Mohamad
Rizya Sanjaya
NIM : B1J014022
Rombongan : IV
Kelompok : 5
Asisten : Ani
Septiani
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR
HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belalakang
Ikan
merupakan anggota dari vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di
dalam air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang
paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia.
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic
yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Biasanya ikan dibagi
menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan
hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan
pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan
juga merupakan organisme akuatik yang memiliki organ komplek dan terdiri atas
beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup
(Susanto, 1994).
Ikan
Nilem (Ostechillus hasselti) tergolong dalam keluarga Cyprinidae seperti
Ikan Mas dan Ikan Tawes. Mulut ikan Nilem terpasang dua pasang kumis (barbels),
warna ikan Nilem adalah coklat atau hijau kehitaman dan merah. Ikan Nilem hidup
di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, seperti
danau, sungai, rawa, dan genangan-genangan air. Ikan ini mudah berkembang biak
menurut aturan air mengalir. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) termasuk
dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri badan agak memanjang dan pipih
ke samping (compressed). Panjang badan antara 2,5-3 kali tinggi badan
dan bagian moncong tumpul. Sirip ekor bercagak dalam dengan lobus longitudinal
mengikuti garis sisik dengan sebuah titik pada tiap sisik. Sirip, ekor, dubur,
dan perut kemerah-merahan. Panjang badan
maksimum mencapai 35 cm (Radiopoetro, 1977).
Ikan
lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan yang
badannya tidak diselubungi oleh sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya
dan sedikit berlendir. Kepala ikan lele bersifat keras dan menulang di bagian
atas, mata yang kecil dan mulut lebar terletak di ujung moncong, serta
dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba atau barbels yang sangat berguna
untuk bergerak di dalam air yang gelap. Ikan lele juga mempunyai alat pernapasan
tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni
tulang yang tajam pada sirip-sirip dadanya (Suyanto, 1991).
Ikan
Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus)
digunakan dalam praktikum ini untuk mewakili class Pisces. Ikan tersebut
dipilih karena mudah di dapat dan harganya murah. Selain itu, keduanya memiliki
organ yang jelas dan lengkap sehingga mempermudah praktikan melakukan
pengamatan, baik organ dalam maupun organ luarnya.
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
anatomi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
dan Ikan Lele (Clarias gariepinus).
II. MATERI
DAN METODE
A.
Materi
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, dan gunting
bedah.
Bahan-bahan
yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti), Ikan Lele (Clarias gariepinus), dan tissue.
B. Metode
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Ikan dimatikan menggunakan
gunting bedah dengan menusuk bagian kepalanya kemudian diletakkan di bak
preparat.
2.
Ikan dibedah dengan cara
menggunting dari bagian depan anus, sepanjang garis medioventral tubuh kearah
depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai
organ-organ yang ada didalamnya).
3.
Bagian yang telah dibedah tadi
dibukan dengan menggunakan pinset sehingga terlihat bagian belahan daging
sebelah atas.
4.
Pengguntingan dilanjutkan dari
porus urogenitalis kearah tubuh bagian dorsal yang diteruskan kearah anterior
sampai ketutup insang.
5.
Pengguntingan pada bagian kepala
dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ujung moncong
serta memperhatikan bagian-bagian didalamnya agar tidak ikut terpotong sampai
menuju porus urogenitalis lagi. Kemudian amati bagian-bagian organ yang tampak.
6.
Ekor dipotong dan kemudian
diamati bagian otot-otot serta tulang penyusunnya.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
|
|
Gambar
1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti)
Keterangan Gambar :
1.
Caput
2.
Truncus
3.
Cauda
4.
Cavum oris
5.
Nostril
6.
Organon visus
7.
Operculum
8.
Linea lateralis
9.
Pinnae dorsalis
10. Pinna pectoralis
11. Pinna abdominalis
12. Pinnae analis
13. Pinnae caudalis
14. Porus urogenitalis
|
|
Gambar
2. Anatomi Viscera Insitu Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.
Cor
2.
Insang
3.
Hepar
4.
Pronephros
5.
Vesica metatoria
6.
Nephros
7.
Intestine
8.
Gonad
9.
Porus urogenitalis
10. Ureter
11. Hepatopancreas
|
|
Gambar
3. Anatomi Penampang Melintang Otot Ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1. Taju neural
2. Lengkung neural
3. Centrum vertebrae
4. Arteri caudalis
5. Vena caudalis
6. Lengkung haemal
7. Taju haemal
8. Septum transversal
9. Septum horizontal
10. Myomere
11. Myocomata
12. Otot epaxial
13. Otot hypaxial
|
|
Gambar
4. Anatomi Penampang Melintang Insang Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.
Filamen
insang
2.
Septum
branchialis
3.
Arteri
epibranchialis
4.
Arteri
branchialis
5.
Vena
branchialis
6.
Tapis
insang
7.
Lengkung
insang
|
|
Gambar
5. Anatomi Rangka Ekor Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti)
Keterangan Gambar :
1.
Centrum
vertebrae
2.
Taju
neural
3.
Taju
haemal
4.
Urostyle
5.
Hypolaria
|
|
Gambar
6. Morfologi Ikan Lele (Clarias
gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.
Caput
2.
Truncus
3.
Cauda
4.
Barbels
superior
5.
Barbels
inferior
6.
Cavum
oris
7.
Nostril
8.
Organon
visus
9.
Operculum
10.
Linea
lateralis
11.
Pinnae
dorsalis
12.
Pinna
pectoralis
13.
Patil
14.
Pinna
abdominalis
15.
Pinnae
analis
16.
Pinnae
caudalis
17.
Porus
urogenitalis
|
|
Gambar
7. Anatomi Insang dan Arborescent Ikan Lele (Clarias
gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.
Arborescent
2.
Insang
|
|
Gambar
8. Anatomi Viscera Insitu Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.
Oesophagus
2.
Vesica
felea
3.
Hepar
4.
Gastrum
5.
Pylorus
6.
Intestine
7.
Gonad
betina
8.
Porus
urogenitalis
9.
Clasper
jantan
B. Pembahasan
A. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Radiopoetro (1997) adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subpyhum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Ostariophsy
Subordo : Cyrinidae
Familia : Osteochilus
Species : Osteochilus
hasselti
Susunan tubuh atau habitus ikan nilem (Osteochilus
hasselti) terdiri dari
bagian luar dan dalam. Susunan tubuh ikan nilem bagian luar terdiri dari kepala
(caput), badan (truncus), ekor (cauda), mulut, cekung hidung, mata, tutup
insang, sisik, gurat sisi, sirip perut, sirip dada, sirip punggung, porus
urogenitalis, sirip belakang, dan sirip ekor. Sedangkan susunan tubuh bagian
dalam adalah saluran pencernaan, gelembung renang, kelenjar pencernaan, insang,
jantung, kelenjar kelamin, dan ginjal (Brotowidjoyo, 1993).
Ikan nilem mempunyai mulut berahang, skeleton sebagian atau
seluruhnya bertulang lunak. Kondrokranium (kranium tulang rawan) dilengkapi
dengan tulang dermal tubuh membentuk tengkorak majemuk. Mempunyai tipe sisik
sikloid yang berasal dari mesodermal. Saat stadium embrio terdapat 6 celah
insang, sedangkan pada stadium dewasa biasanya terdapat 4 celah insang. Insang-insang
tersebut dilapisi oleh operculum (Brotowidjoyo, 1993).
Kulit atau cutis ikan nilem terdiri atas korium atau dermis
dan epidermis. Korium terdiri atas jaringan ikat dan dilapisi oleh epidermis
dari sebelah luar yaitu epithelium. Sel yang berada diantara epithelium
terdapat kelenjar uniseluler yang mengeluarkan semacam lendir, lendir ini yang
menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Selain itu, didalam korium terdapat
chromatophor-chromatophor atau sel-sel yang mengandung butir-butir pigmen
penentu warna sisik ikan (Radiopoetro, 1977).
Sirip pada ikan nilem merupakan suatu perluasan integument
(pembungkus tubuh) tipis yang disokong
oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip ikan adalah untuk mempertahankan
kesetimbangan dalam air dan untuk berenang. Sirip pada ikan umumnya ada yang
berpasangan (pinna) dan ada yang tidak berpasangan (pinnae). Sirip yang
berpasangan terdapat sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut (pinna
abdominalis). Sedangkan yang tidak berpasangan terdapat sirip punggung (pinnae
dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis), dan sirip dubur (pinnae analis)
(Jasin, 1989).
Lengkung insang pada ikan nilem (Osteochilus
hasselti) berupa tulang
rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen
insang. Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung
insang di bagian basal. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-batang
rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari
lengkung insang (Djuhanda, 1982).
Menurut Jasin (1989), sistem pernapasan ikan nilem dilakukan
oleh insang yang terdapat dalam empat pasang kantung insang yang terletak
disebelah pharyng dibawah operculum. Sewaktu bernapas, operculum menutup lekat
pada dinding tubuh, kemudian archus branchialis mengembang kearah lateral. Air
masuk melalui mulut kemudian klep mulut menutup sedangkan klep archus
branchialis berkontraksi, maka dari itu operculum terangkat terbuka. Kemudian
air mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida.
Sistem pencernaan pada ikan nilem di mulai dari oesophagus
yang sangat pendek, berbentuk pipa dan mengandung lendir. Rongga mulut hampir
langsung menuju ke lambung atau intestine, ventriculus melengkung seperti
huruf U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu
pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Usus ikan nilem sangat
berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri
atas dua lobi, vesica felea dari hepar menuju ductus hepaticus kemudian bersatu
dengan ductus cysticus menjadi ductus choledocus yang bermuara ke duodenum.
Adapun yang dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus
hasselti mempunyai hati
dan pancreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopancreas (Radiopoetro,
1989).
Sistem pernapasan ikan nilem adalah nostril dan insang,
tetapi nostril hanya digunakan ketika ikan nilem berada di permukaan air. Insang ikan nilem terdiri dari tutup
insang. Insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang
terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen
insang di dalamnya. Insang ini berfungsi mengambil oksigen dari air yang mengalir
melewati insang dan digunakan dalam tubuh. Proses pernapasan pada ikan nilem
dimulai dari pertukaran udara melalui permukaan alat pernapasan, lalu difusi
oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, transpor oksigen dan
karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, lalu di
lanjutkan dengan pengaturan pernapasan. Bagian-bagian insang ikan nilem yang
terlihat antara lain : tapis insang yang berupa deretan gerigi di sebelah dalam
lengkung insang, filamen insang yang berbentuk seperti ujung tombak berwarna
merah coklat dan septum branchialis yang memisahkan kedua filamen insang
(Yushinta, 2004).
Sistem peredaran
darah ikan nilem. Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung,
darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan
adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri berfungsi
membawa darah meninggalkan jantung. Sedangkan vena berfungsi untuk membawa
darah kembali ke jantung (Yushinta, 2004).
Peredaran darah
terjadi pada jantung didalam cavum percordi. Jantung terdiri dari sinus
venosus, atrium, dan ventriculus yang merupakan kontraktil, tetapi dinding
bulbus arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan pangkal dari aorta
ventralis kemudian ke afferentiae branchialis selalu menuju arcus branchialis.
Satu dari afferentiae branchialis (berupa kapiler) menuju lamella. Kapiler
bermuara ke dalam arteriola di dalam filamen. Arteriola ini menuju ke arcus
branchialis kemudian ke epibranchialis yang bermuara ke dalam aorta dorsalis
(Radiopoetro, 1977).
Genitalia ikan nilem adalah gonad, ovarium, dan oviduct
untuk betina. Perkembangan gamet betina atau di sebut juga oogenesis terjadi di
dalam ovarium. Testis dan vas defferens yang bermuara pada porus urogenitalis,
untuk jantan. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas
menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang
mengelilingi germinal epithelium. Testis ikan nilem jantan berbentuk memanjang
atau berlobi. Spermatozoa dari testis lewat ductus eferen masuk dalam ductus
longitudinal testis. Ductus ini berkelok-kelok (konvoluntes) dan ujung
ateriornya sering ditetapkan sebagi epididymis (Djuhanda, 1984).
Ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang, yang
terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang.
Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan ke oviduct, yang
bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air,
telur-telur dilekatkan kepada tumbuhan yang ada di air (Radiopoetro, 1977). Kulit ikan banyak
mengandung kelenjar lendir. Lendir yang dihasilkan menyebabkan tubuh ikan
menjadi licin. Keadaan ini yang memudahkan ikan bergerak di dalam air. Ikan
memiliki gelembung renang sehingga memudahkan ikan untuk mengapung di dalam
air. Gelembung renang ikan terdapat alat pengatur udara atau di sebut alat
hidrostatik. Ikan nilem memiliki linea lateralis yaitu suatu indra keenam
khusus yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air (Mahardono, 1979).
B.
Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Klasifikasi
ikan lele yang dikemukakan oleh Radiopoetro (1997), digolongkan sebagai :
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophsy
Subordo : Siluroidae
Familia : Claridae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Hasil pengamatan anatomi ikan lele didapatkan hasil bahwa tubuh ikan
lele dibagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan), cauda
(ekor). Bagian badan ikan lele
mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed),
sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed),
jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang (pipih kebawah, bulat
dan pipih kesamping). Ikan lele tidak memiliki sisik sehingga permukaan tubuhnya licin dan
berlendir. Lendir tersebut juga
bersifat antiseptik yang berguna untuk membebaskan kulit dari macam-macam jamur
dan bakteri (Yushinta, 2004).
Seperti ikan pada umumnya ikan lele mempunyai alat gerak berupa sirip.
Ikan lele mempunyai dua macam sirip yaitu sirip berpasangan dan sirip tunggal.
Sirip berpasangan terdiri dari sepasang sirip dada dan sepasang sirip perut,
sedangkan sirip tunggal pada ikan lele terdiri dari sirip punggung, sirip ekor
dan sirip dubur. Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Arborescent. Arborescent
berbentuk seperti bunga karang yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh
dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang.
Alat pernapasan ikan lele berfungsi agar ikan lele dapat mengambil oksigen langsung
dari udara untuk pernapasannya (Brotowidjoyo, 1993).
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Sedangkan pada
siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan
lele memijah pada musim penghujan (Brotowidjoyo, 1993).
Sistem pencernaan dari ikan lele terdiri atas mulut, lambung, usus, dan
dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan lele panjang karena termasuk
ikan omnivora. Sistem pencernaan ikan terdiri dari : rahang ikan mempunyai
banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil
dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. pharynx terdapat insang
di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung
atau gastrum (Storer and Usinger, 1961).
Sistem ekskresi organ utamanya adalah ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal,
disalurkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-rongga abdomen
sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang kanan bertemu di
bagian belakang menjadi kantong urin dan dari urin dikeluarkan melalui urethra
yang bermuara di porus urogenitalis (Kirwanto, 1986).
Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki
gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran
gonad lebih kecil dari pada betinanya. Gonad ikan lele betina berwarna lebih
kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua
bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Organ - organ lainnya dari ikan lele itu
sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus
(Jasin, 1989).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Morfologi tubuh ikan nilem (Osteochilus
hasselti) dan ikan lele (Claris gariepinus) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor
(cauda).
2. Ikan nilem dan ikan lele
mempunyai lima jenis sirip yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor
(pinnae caudalis), sirip dubur (pinnae analis), sirip perut (pinna
abdominalis), dan sirip dada (pinna pectoralis).
3. Sistem pencernaan ikan nilem
terdiri atas mulut, hati, lambung (gastrum), usus (intestine), pancreas, dan
kantung empedu. Sedangkan pada ikan lele terdiri dari oesophagus, vesica felea,
hati, lambung (gastrum), pylorus, usus (intestine), dan clasper.
4. Sistem pernapasan ikan nilem
terdiri dari sepasang insang dibagian kanan-kiri kepala dan vesica metatoria
(gelembung renang).
5. Sistem ekskresi atau urinaria
pada ikan nilem terdiri dari hepatopancreas, pronephros, nephros, ureter, dan
porus urogenitalis.
6. Sistem genitalia pada ikan
nilem betina terdiri dari gonad, ovarium, dan oviduct, sedangkan pada jantannya
terdiri dari testis dan vas defferens. Semuanya bermuara pada porus
urogenitalis.
7. Ikan lele (Clarias gariepinus) mampu hidup ditempat berlumpur karena mempunyai alat pernapasan
tambahan yang disebut arborescent.
B.
Saran
Saran untuk praktikum ini adalah praktikan seharusnya yang
melakukan pembedahan pada preparat yang digunakan, agar ilmu yang didapat praktikan tidak sebatas
pada teori saja.
DAFTAR REFERENSI
Brotowijoyo,
M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga,
Jakarta.
Djuhanda, T. 1982.
Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1984. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I.
Armico, Bandung.
Jasin, M. 1989. Sistematika
Hewan Vertebrata dan Invetebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan
Air Tawar. Karya Bani, Jakarta.
Mahardono. 1979. Anatomi Ikan. PT Intermasa, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1989. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1997. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sarwono, B. 2007. Beternak
Lele Dumbo. Agromedia,
Jakarta Selatan.
Storer, Tracy and Usinger, R. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw Hill Book Company, London.
Susanto, H. 1994. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Yushinta, F. 2004. Fisiologi Ikan. PT Renika Cipta, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar