Senin, 21 Desember 2015

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)

ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti)
DAN IKAN LELE (Clarias gariepinus)




 






Oleh :
Nama                   : Mohamad Rizya Sanjaya
NIM                     : B1J014022
Rombongan         : IV
Kelompok            : 5
Asisten                 : Ani Septiani




LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belalakang
Ikan merupakan anggota dari vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di dalam air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan juga merupakan organisme akuatik yang memiliki organ komplek dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup (Susanto, 1994).
Ikan Nilem (Ostechillus hasselti) tergolong dalam keluarga Cyprinidae seperti Ikan Mas dan Ikan Tawes. Mulut ikan Nilem terpasang dua pasang kumis (barbels), warna ikan Nilem adalah coklat atau hijau kehitaman dan merah. Ikan Nilem hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, seperti danau, sungai, rawa, dan genangan-genangan air. Ikan ini mudah berkembang biak menurut aturan air mengalir. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) termasuk dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri badan agak memanjang dan pipih ke samping (compressed). Panjang badan antara 2,5-3 kali tinggi badan dan bagian moncong tumpul. Sirip ekor bercagak dalam dengan lobus longitudinal mengikuti garis sisik dengan sebuah titik pada tiap sisik. Sirip, ekor, dubur, dan  perut kemerah-merahan. Panjang badan maksimum mencapai 35 cm (Radiopoetro, 1977).
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan yang badannya tidak diselubungi oleh sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikit berlendir. Kepala ikan lele bersifat keras dan menulang di bagian atas, mata yang kecil dan mulut lebar terletak di ujung moncong, serta dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba atau barbels yang sangat berguna untuk bergerak di dalam air yang gelap. Ikan lele juga mempunyai alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni tulang yang tajam pada sirip-sirip dadanya (Suyanto, 1991).
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus) digunakan dalam praktikum ini untuk mewakili class Pisces. Ikan tersebut dipilih karena mudah di dapat dan harganya murah. Selain itu, keduanya memiliki organ yang jelas dan lengkap sehingga mempermudah praktikan melakukan pengamatan, baik organ dalam maupun organ luarnya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui morfologi dan anatomi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus).
















                          


II.      MATERI DAN METODE
A.    Materi
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, dan gunting bedah.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), Ikan Lele (Clarias gariepinus), dan tissue.
B.     Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Ikan dimatikan menggunakan gunting bedah dengan menusuk bagian kepalanya kemudian diletakkan di bak preparat.
2.        Ikan dibedah dengan cara menggunting dari bagian depan anus, sepanjang garis medioventral tubuh kearah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengenai organ-organ yang ada didalamnya).
3.        Bagian yang telah dibedah tadi dibukan dengan menggunakan pinset sehingga terlihat bagian belahan daging sebelah atas.
4.        Pengguntingan dilanjutkan dari porus urogenitalis kearah tubuh bagian dorsal yang diteruskan kearah anterior sampai ketutup insang.
5.        Pengguntingan pada bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ujung moncong serta memperhatikan bagian-bagian didalamnya agar tidak ikut terpotong sampai menuju porus urogenitalis lagi. Kemudian amati bagian-bagian organ yang tampak.
6.        Ekor dipotong dan kemudian diamati bagian otot-otot serta tulang penyusunnya.


III.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil












Gambar 1. Morfologi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.        Caput
2.        Truncus
3.        Cauda
4.        Cavum oris
5.        Nostril
6.        Organon visus
7.        Operculum
8.        Linea lateralis
9.        Pinnae dorsalis
10.    Pinna pectoralis
11.    Pinna abdominalis
12.    Pinnae analis
13.    Pinnae caudalis
14.    Porus urogenitalis












Gambar 2. Anatomi Viscera Insitu Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.        Cor
2.        Insang
3.        Hepar
4.        Pronephros
5.        Vesica metatoria
6.        Nephros
7.        Intestine
8.        Gonad
9.        Porus urogenitalis
10.    Ureter
11.    Hepatopancreas














Gambar 3. Anatomi Penampang Melintang Otot Ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.      Taju neural
2.      Lengkung neural
3.      Centrum vertebrae
4.      Arteri caudalis
5.      Vena caudalis
6.      Lengkung haemal
7.      Taju haemal
8.      Septum transversal
9.      Septum horizontal
10.  Myomere
11.  Myocomata
12.  Otot epaxial
13.  Otot hypaxial














Gambar 4. Anatomi Penampang Melintang Insang Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.        Filamen insang
2.        Septum branchialis
3.        Arteri epibranchialis
4.        Arteri branchialis
5.        Vena branchialis
6.        Tapis insang
7.        Lengkung insang















Gambar 5. Anatomi Rangka Ekor Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Keterangan Gambar :
1.        Centrum vertebrae
2.        Taju neural
3.        Taju haemal
4.        Urostyle
5.        Hypolaria














Gambar 6. Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.        Caput
2.        Truncus
3.        Cauda
4.        Barbels superior
5.        Barbels inferior
6.        Cavum oris
7.        Nostril
8.        Organon visus
9.        Operculum
10.    Linea lateralis
11.    Pinnae dorsalis
12.    Pinna pectoralis
13.    Patil
14.    Pinna abdominalis
15.    Pinnae analis
16.    Pinnae caudalis
17.    Porus urogenitalis












Gambar 7. Anatomi Insang dan Arborescent Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.        Arborescent
2.        Insang















Gambar 8. Anatomi Viscera Insitu Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Keterangan Gambar :
1.        Oesophagus
2.        Vesica felea
3.        Hepar
4.        Gastrum
5.        Pylorus
6.        Intestine
7.        Gonad betina
8.        Porus urogenitalis
9.        Clasper jantan






B.     Pembahasan
A.      Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Klasifikasi ikan nilem (Osteochilus hasselti) menurut Radiopoetro (1997) adalah sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Subpyhum       : Vertebrata
Classis             : Pisces
Subclassis        : Teleostei
Ordo                : Ostariophsy
Subordo          : Cyrinidae
Familia            : Osteochilus
Species            Osteochilus hasselti
Susunan tubuh atau habitus ikan nilem (Osteochilus hasselti) terdiri dari bagian luar dan dalam. Susunan tubuh ikan nilem bagian luar terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), ekor (cauda), mulut, cekung hidung, mata, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip perut, sirip dada, sirip punggung, porus urogenitalis, sirip belakang, dan sirip ekor. Sedangkan susunan tubuh bagian dalam adalah saluran pencernaan, gelembung renang, kelenjar pencernaan, insang, jantung, kelenjar kelamin, dan ginjal (Brotowidjoyo, 1993).
Ikan nilem mempunyai mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang lunak. Kondrokranium (kranium tulang rawan) dilengkapi dengan tulang dermal tubuh membentuk tengkorak majemuk. Mempunyai tipe sisik sikloid yang berasal dari mesodermal. Saat stadium embrio terdapat 6 celah insang, sedangkan pada stadium dewasa biasanya terdapat 4 celah insang. Insang-insang tersebut dilapisi oleh operculum (Brotowidjoyo, 1993).
Kulit atau cutis ikan nilem terdiri atas korium atau dermis dan epidermis. Korium terdiri atas jaringan ikat dan dilapisi oleh epidermis dari sebelah luar yaitu epithelium. Sel yang berada diantara epithelium terdapat kelenjar uniseluler yang mengeluarkan semacam lendir, lendir ini yang menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Selain itu, didalam korium terdapat chromatophor-chromatophor atau sel-sel yang mengandung butir-butir pigmen penentu warna sisik ikan (Radiopoetro, 1977).
Sirip pada ikan nilem merupakan suatu perluasan integument (pembungkus  tubuh) tipis yang disokong oleh jari-jari sirip. Fungsi sirip ikan adalah untuk mempertahankan kesetimbangan dalam air dan untuk berenang. Sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan (pinna) dan ada yang tidak berpasangan (pinnae). Sirip yang berpasangan terdapat sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut (pinna abdominalis). Sedangkan yang tidak berpasangan terdapat sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis), dan sirip dubur (pinnae analis) (Jasin, 1989).
Lengkung insang pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) berupa tulang rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang. Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari lengkung insang (Djuhanda, 1982).
Menurut Jasin (1989), sistem pernapasan ikan nilem dilakukan oleh insang yang terdapat dalam empat pasang kantung insang yang terletak disebelah pharyng dibawah operculum. Sewaktu bernapas, operculum menutup lekat pada dinding tubuh, kemudian archus branchialis mengembang kearah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian klep mulut menutup sedangkan klep archus branchialis berkontraksi, maka dari itu operculum terangkat terbuka. Kemudian air mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Sistem pencernaan pada ikan nilem di mulai dari oesophagus yang sangat pendek, berbentuk pipa dan mengandung lendir. Rongga mulut hampir langsung menuju ke lambung atau intestine, ventriculus melengkung seperti huruf  U, dan dibedakan menjadi 2 yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Usus ikan nilem sangat berliku dan hampir memenuhi rongga perut, dan bermuara ke anus. Hepar terdiri atas dua lobi, vesica felea dari hepar menuju ductus hepaticus kemudian bersatu dengan ductus cysticus menjadi ductus choledocus yang bermuara ke duodenum. Adapun yang dihubungkan dengan peritoneum ke tundus ventriculli. Osteochilus hasselti mempunyai hati dan pancreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopancreas (Radiopoetro, 1989).
Sistem pernapasan ikan nilem adalah nostril dan insang, tetapi nostril hanya digunakan ketika ikan nilem berada di permukaan  air. Insang ikan nilem terdiri dari tutup insang. Insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Insang ini berfungsi mengambil oksigen dari air yang mengalir melewati insang dan digunakan dalam tubuh. Proses pernapasan pada ikan nilem dimulai dari pertukaran udara melalui permukaan alat pernapasan, lalu difusi oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, transpor oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, lalu di lanjutkan dengan pengaturan pernapasan. Bagian-bagian insang ikan nilem yang terlihat antara lain : tapis insang yang berupa deretan gerigi di sebelah dalam lengkung insang, filamen insang yang berbentuk seperti ujung tombak berwarna merah coklat dan septum branchialis yang memisahkan kedua filamen insang (Yushinta, 2004).
 Sistem peredaran darah ikan nilem. Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri berfungsi membawa darah meninggalkan jantung. Sedangkan vena berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung (Yushinta, 2004).
 Peredaran darah terjadi pada jantung didalam cavum percordi. Jantung terdiri dari sinus venosus, atrium, dan ventriculus yang merupakan kontraktil, tetapi dinding bulbus arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan pangkal dari aorta ventralis kemudian ke afferentiae branchialis selalu menuju arcus branchialis. Satu dari afferentiae branchialis (berupa kapiler) menuju lamella. Kapiler bermuara ke dalam arteriola di dalam filamen. Arteriola ini menuju ke arcus branchialis kemudian ke epibranchialis yang bermuara ke dalam aorta dorsalis (Radiopoetro, 1977).
Genitalia ikan nilem adalah gonad, ovarium, dan oviduct untuk betina. Perkembangan gamet betina atau di sebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Testis dan vas defferens yang bermuara pada porus urogenitalis, untuk jantan. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Testis ikan nilem jantan berbentuk memanjang atau berlobi. Spermatozoa dari testis lewat ductus eferen masuk dalam ductus longitudinal testis. Ductus ini berkelok-kelok (konvoluntes) dan ujung ateriornya sering ditetapkan sebagi epididymis (Djuhanda, 1984).
Ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang, yang terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air, telur-telur dilekatkan kepada tumbuhan yang ada di air  (Radiopoetro, 1977). Kulit ikan banyak mengandung kelenjar lendir. Lendir yang dihasilkan menyebabkan tubuh ikan menjadi licin. Keadaan ini yang memudahkan ikan bergerak di dalam air. Ikan memiliki gelembung renang sehingga memudahkan ikan untuk mengapung di dalam air. Gelembung renang ikan terdapat alat pengatur udara atau di sebut alat hidrostatik. Ikan nilem memiliki linea lateralis yaitu suatu indra keenam khusus yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air (Mahardono, 1979).
B.       Ikan Lele (Clarias gariepinus)
 Klasifikasi ikan lele yang dikemukakan oleh Radiopoetro (1997), digolongkan sebagai :
Phylum            : Chordata
Class                : Pisces
Subclass          : Teleostei
Ordo                : Ostariophsy
Subordo          : Siluroidae
Familia : Claridae
Genus              : Clarias
Species            Clarias gariepinus
Hasil pengamatan anatomi ikan lele didapatkan hasil bahwa tubuh ikan lele dibagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), truncus (badan), cauda (ekor). Bagian badan ikan lele mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang (pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Ikan lele tidak memiliki sisik sehingga permukaan tubuhnya licin dan berlendir. Lendir tersebut juga bersifat antiseptik yang berguna untuk membebaskan kulit dari macam-macam jamur dan bakteri (Yushinta, 2004).
Seperti ikan pada umumnya ikan lele mempunyai alat gerak berupa sirip. Ikan lele mempunyai dua macam sirip yaitu sirip berpasangan dan sirip tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari sepasang sirip dada dan sepasang sirip perut, sedangkan sirip tunggal pada ikan lele terdiri dari sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur.  Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Arborescent. Arborescent berbentuk seperti bunga karang yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Alat pernapasan ikan lele berfungsi agar ikan lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasannya (Brotowidjoyo, 1993).
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele memijah pada musim penghujan (Brotowidjoyo, 1993).
Sistem pencernaan dari ikan lele terdiri atas mulut, lambung, usus, dan dikeluarkan melalui porus urogenitalis. Usus ikan lele panjang karena termasuk ikan omnivora. Sistem pencernaan ikan terdiri dari : rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. pharynx terdapat insang di sisi dan samping lalu ke oesophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum (Storer and Usinger, 1961).
Sistem ekskresi organ utamanya adalah ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal, disalurkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin dan dari urin dikeluarkan melalui urethra yang bermuara di porus urogenitalis (Kirwanto, 1986).
Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Gonad ikan lele betina berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Organ - organ lainnya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus (Jasin, 1989).


IV.              KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.     Morfologi tubuh ikan nilem (Osteochilus hasselti) dan ikan lele (Claris gariepinus) terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda).
2.       Ikan nilem dan ikan lele mempunyai lima jenis sirip yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip ekor (pinnae caudalis), sirip dubur (pinnae analis), sirip perut (pinna abdominalis), dan sirip dada (pinna pectoralis).
3.   Sistem pencernaan ikan nilem terdiri atas mulut, hati, lambung (gastrum), usus (intestine), pancreas, dan kantung empedu. Sedangkan pada ikan lele terdiri dari oesophagus, vesica felea, hati, lambung (gastrum), pylorus, usus (intestine), dan clasper.
4.      Sistem pernapasan ikan nilem terdiri dari sepasang insang dibagian kanan-kiri kepala dan vesica metatoria (gelembung renang).
5.     Sistem ekskresi atau urinaria pada ikan nilem terdiri dari hepatopancreas, pronephros, nephros, ureter, dan porus urogenitalis.
6.       Sistem genitalia pada ikan nilem betina terdiri dari gonad, ovarium, dan oviduct, sedangkan pada jantannya terdiri dari testis dan vas defferens. Semuanya bermuara pada porus urogenitalis.
7.  Ikan lele (Clarias gariepinus) mampu hidup ditempat berlumpur karena mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent.
B.     Saran
Saran untuk praktikum ini adalah praktikan seharusnya yang melakukan pembedahan pada preparat yang digunakan, agar  ilmu yang didapat praktikan tidak sebatas pada teori saja.






DAFTAR REFERENSI
Brotowijoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2.  Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1984. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico, Bandung.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invetebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Karya Bani, Jakarta.
Mahardono. 1979. Anatomi Ikan. PT Intermasa, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1989. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1997. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sarwono, B. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia, Jakarta Selatan.
Storer, Tracy and Usinger, R. 1961. Elements of Zoology. Mc Graw Hill Book Company, London.
Susanto, H. 1994. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yushinta, F. 2004. Fisiologi Ikan. PT Renika Cipta, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar